— Don't —
Jantung Ethan berpacu dengan cepat begitu membaca chat terakhir dari Jeffrey. “No..” gumamnya dengan bibir sedikit bergetar. Ia tidak mau Jeffrey pergi meninggalkannya.
“Jeff!” Ethan teriak dari dalam, memastikan keberadaan pria itu.
Hening.
Merasa tidak dapat balasan, dengan tergesa-gesa Ethan beranjak dari bathup dan menyambar bathrobe, memakainya asal dengan tubuh masih dalam keadaan basah.
“Jeffrey!”
Kosong, kamar yang semalam ia gunakan tidur bersamanya itu sudah tertata rapih dan tidak ada siapapun disana. Pikiran negatif pun kini berputar-putar dikepalanya.
Dengan cepat Ethan keluar dari kamar, matanya menatap sekeliling ruangan sebelum akhirnya ia menangkap sosok yang familiar berada di dapur, memunggunginya. Seketika tubuhnya lemas, matanya memanas dan pandangannya pun menjadi sedikit buram. “Jeffrey sialan.” gumamnya pelan, ia menarik nafas dalam sebelum bergegas mendekati pria itu.
“Akh! Ethan— sakit—” ringis Jeffrey ketika mendapat pukulan bertubi-tubi pada punggung lebarnya, ia membalikkan tubuhnya dan mencengkram kedua tangan Ethan. “Hei— Kenapa aku dipukulin terus?”
“Hiks—”
Jeffrey terkejut begitu mendengar sebuah isakan, ia langsung merengkuh tubuh mungil itu dan mengusap lembut belakang kepalanya. “Shh, cup cup.. Kenapa kamu nangis, hm?” tanyanya, tapi Ethan masih bergeming dan menangis didalam dekapannya.
Seketika Jeffrey teringat dengan chat terakhirnya, ia menutup matanya rapat-rapat. Oh, sepertinya dirinya telah membuat kesalahan.
Melepas pelukan, Jeffrey mengangkat tubuh Ethan dan mendudukannya diatas meja pantry.
“Maaf.” Jeffrey menangkup wajah Ethan, mengusap jejak air mata di pipi gembil itu. “Aku disini, Ethan. I'm not going anywhere, don't worry.“
“Tadi aku cuma bercanda, maaf.” lanjutnya seraya mengecup kedua mata Ethan.
“Bego, Jeffrey bego. Hiks—” lirih Ethan dengan sesegukan. Ia mengatur nafasnya, mencoba menghentikan tangisannya.
“Iya iya, aku bego. Maafin Jeffrey yang bego ini, ya? Hm?”
“Udah jangan nangis, jelek.” Jeffrey tertawa kecil begitu Ethan meninju pelan perutnya. “Pake baju dulu sana, abis itu kita sarapan.”
Ethan mengerenyit kemudian menunduk, matanya melebar begitu menyadari dirinya tidak memakai apapun selain bathrobe. Bahkan bagian bawahnya sedikit tersikap— memamerkan paha mulusnya. Fuck, umpatnya dalam hati.
“M-minggir!” Ethan mendorong tubuh Jeffrey dan langsung pergi bergegas menuju kamar.
“Jangan lari!” teriak Jeffrey seraya terkekeh gemas, ia pun kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.