— 💤 —
Pandangan Jeffrey sedari tadi tidak lepas dari sosok mungil yang berjalan ke arahnya.
Tubuh mungil itu nampak tenggelam dengan kaos putih kebesaran dan celana training hitam miliknya yang membuat bagian bawah kakinya tak terlihat.
Jangan lupakan handuk kecil yang bertengger manis dileher jenjangnya, dengan rambut yang masih setengah basah, dan ada sedikit air menetes diujung-ujungnya.
Ethan terlihat sangat menggiur— ralat, menggemaskan!
“Kenapa liat-liat? Gue aneh, ya?” tanya Ethan yang kini sudah duduk disebrangnya.
Jeffrey menggeleng pelan, ia bangkit dari duduknya dan beranjak mendekati si mungil.
“Lo mau apa?” tanya Ethan saat Jeffrey mengambil handuk kecilnya dan duduk dikursi sebelahnya.
Tanpa banyak bicara, Jeffrey memiringkan tubuh si mungil hingga posisi mereka saling berhadapan dan mulai mengusapkan handuk itu secara perlahan dirambut Ethan.
“G-gue bisa sendiri! Lepasin!”
Jeffrey menghentikan kegiatannya, ia menunduk dan menatap Ethan datar. “Rambut lo masih basah, Ethan. Nanti lo bisa sakit kalo gak buru-buru dikeringin.”
Ethan menahan nafas sesaat begitu merasakan hembusan hangat menerpa wajah dinginnya. Ia pun meneguk ludahnya kasar, menyadari betapa dekat wajah Jeffrey yang hanya berjarak beberapa centi saja dengannya.
Jeffrey tersenyum miring, ia kembali melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda tadi —mari mengeringkan rambut Ethan—.
Tanpa sadar Ethan memejamkan matanya, menikmati setiap usapan dikepalanya. Terasa begitu lembut hingga membuatnya mulai mengantuk.
“Ngantuk?” tanya Jeffrey begitu melihat Ethan menguap besar.
Ethan hanya bergumam seraya mengucek-ngucek matanya pelan.
Jeffrey menatap hidangan bibimbap yang sudah siap diatas meja, kemudian ia mendesah pelan. “Yaudah ayo tidur.” ujarnya seraya menuntun Ethan menuju kamarnya.
—
Tolong ingatkan Jeffrey agar membereskan makanannya setelah itu.