— Ethan POV —

Gue menguap lebar, terus lirik jam dinding. Masih jam 7.

Gue pun ngelirik ke dapur, ternyata Jeffrey lagi cuci piring, dia udah selesai makan.

Entah ada angin apa, gue beranjak dari sofa terus jalan ke arah dapur.

Gue berenti melangkah ketika sampai tepat dibelakang Jeffrey. Gue gigit bibir bawah begitu liat punggung lebarnya.

Pengen peluk.

Tanpa pikir panjang, tangan gue terulur ke depan dan langsung melingkar di perutnya. Gue pun nenggelemin wajah gue dipunggungnya.

Gue ngerasa dia sedikit kaget, karna badannya berjengit.

“Than?” panggilnya.

“Kenapa?”

“Ngantuk.” gumam gue.

“Yaudah ayo tidur.”

Tangann gue melonggar dan Jeffrey memutar tubuhnya. Gantian dia yang peluk gue.

Gue mendongak, natap Jeffrey. Bibir gue mengerucut. “Males jalan.”

“Sini, kaki kamu naik ke atas kaki aku.”

Gue nunduk, trus natap Jeffrey lagi. “Diinjek?” dia mengangguk. “Emangnya ga sakit?”

“Engga, kamu ringan kok. Meski udah berbadan dua.”

Gue meninju pelan perut Jeffrey.

“Nah.”

“Trus?”

“Pegangan yang kuat.”

Gue ketawa pelan. “Masih jauh?”

“Baru setengah jalan— pegangan yang kenceng! Ada tikungan tajam!”

“Kita sudah sampai tujuan, Tuan Lee.”

Gue pun turun dari kakinya, kaki Jeffrey terlihat merah, kontras dengan kulit putihnya.

“Udah, tidur sana.”

“Jeff.”

“Hm?”

“Tidur sini.”

Jeffrey menghentikan usapannya. “Mau ditemenin?” tanyanya sedikit ragu.

Pipi gue memanas, trus gue buang muka ke arah lain. “Baby-nya yang mau.” gumam gue pelan.

Jeffrey senyum terus ngacak pelan rambut gue. “Oke. Aku cuci muka sama sikat gigi dulu, nanti balik lagi kesini.”

Gue mengangguk pelan.

Begitu Jeffery keluar kamar, gue langsung naik kasur terus tarik selimut sampai nutupi seluruh tubuh gue.

'Aaaaa tadi gue ngapain?!'