Jaehyun kini berada dihadapan lelaki mungil ayunan itu.

“Um, dek?”

Pria yang tengah menunduk, bersandar pada rantai ayunan seraya memejamkan mata dengan AirPods terpasang ditelinganya, mendongak dan menatap pria dihadapannya.

Jaehyun sejenak terpaku dengan pria dihadapannya. wajahnya separuh terkena sinar rembulan di tengah malam.

“Adek ngapain sendirian tengah malem begini?”

Mata pria itu menyipit.

“Mobil itu punya kamu, 'kan?” tanya Jaehyun seraya menunjuk ke arah mobil. “Mending kamu pulang sekarang, orang tua kamu pasti khawatir.”

Lelaki diayunan itu menatap Jaehyun dari ujung atas ke bawah.

Jaehyun menaikkan alisnya. “Dek? Kamu bisa denger, 'kan?”

“Jaehyun?”

Jaehyun terkejut, ia cukup heran dengan pria dihadapannya. “Hah?”

“Kamu Jung Jaehyun, benar?”

“Kok?”

Lelaki itu tersenyum manis, ia beranjak dari ayunan dan berdiri dihadapan Jaehyun. “Saya Lee Taeyong, orang yang membawa kamu ke rumah sakit pagi ini.”

Mata Jaehyun melebar, refleks mundur beberapa langkah. “P-pak boss?”

Taeyong tertawa kecil saat mendengar sebutannya. “Pak boss? Maksud kamu, saya?”

Maaf, kemarin saya tidak bisa menemani kamu hingga sadar.”

“Saya sudah mengirimmu pesan pagi ini, apa kamu sudah membacanya?”

“U-udah saya baca.” jawab Jaehyun gugup. Ia masih terpesona oleh suara tawa kecil yang mengalun ditelinganya, begitu lembut dan indah. “Tapi ga dibales lagi sama bapak.”

Taeyong terkejut. “Oh? Udah kamu balas?” ia mengecek ponselnya namun baas, layarnya hitam. Pertanda baterainya sudah habis. Ia meringis, menatap Jaehyun memelas. “Saya hari ini sangat sibuk, tidak sempat melihat pesan masuk selain dari kerjaan.”

Jaehyun tersenyum lembut. “Gapapa, pak, lagipula ga terlalu penting kok.”

“Tapi—”

“Ngomong-ngomong, bapak ngapain sendirian disini? Baru pulang dari kantor, ya?” Jaehyun mengalihkan pembicaraan.

Taeyong tersenyum, ia menggeleng pelan. “Saya cuma lagi cari angin aja. Kalo kamu, ngapain disini?”

“Mau ngebasket, pak.” ujar Jaehyun seraya menunjukkan bola.

“Malem-malem gini? Apa kamu ga di marahin sama orang tua kamu?”

“Udah biasa kok. Jadi mereka udah memaklumi. Haha”

“Hm, gitu..”

“Bapak mau ikut main?”

“Hah?”

“Kita one on one, pak.”

Taeyong tertawa ringan. “Saya ga bisa main basket, Jaehyun.”

“I can teach you.”

“Are you sure? Saya bahkan ga bisa dribble bola, loh.”

“Tapi bapak bisa dribble hati saya, kan?”

“Huh?”

Jaehyun terkekeh kecil, ia menggeleng pelan dan tersenyum menampilkan deretan giginya.

“Bapak ga usah khawatir, saya ini udah pro.”

Taeyong tertawa. “Okay. Mari kita lihat seberapa pro nya kamu.”

“Tentu.”