— 🌙 —

“Kamu kenapa sih, hm? Kepikiran sesuatu?” Jeffrey menghentikan pijatan dikaki Ethan—kegiatan yang sering dilakukannya akhir-akhir ini setiap malam, di ruang tv seraya bersantai.

Ethan melirik Jeffrey, jari-jari mungilnya bergerak membuat pola acak. “M-malem ini lo tidur sama gue, ya?” gumamnya pelan. “Jangan salah paham! Ini b-bukan kemauan gue, tapi—”

“Oke.” potong Jeffrey cepat, ia terkekeh saat melihat Ethan mendengus kesal. Sepertinya lelaki mungil itu jengkel karna ucapannya terpotong tadi, pikirnya. “Mau tidur sekarang?”

Ethan mengangguk kecil.

Jeffrey menurunkan kaki Ethan yang sedari tadi berada diatas pangkuannya sebelum beranjak dari sofa. “Yaudah, ayo.”

“Gendong.”

Jeffrey tersenyum, tanpa ragu ia menggendong Ethan ala bridal style dan membawanya menuju kamar. Disepanjang jalan, ia mencuri-curi kesempatan mengecup gemas pelipis lelaki mungil itu. Dan tentu saja dihadiahi tarikan cukup kuat pada rambut tebalnya dari Ethan, tapi ia tidak mempermasalahkan itu.

Setelah membaringkan Ethan di kasur, Jeffrey pun segera merebahkan diri disebelahnya dan menutupi tubuh keduanya dengan selimut tebal.

“Kenapa? Mau peluk?” tanya Jeffrey seraya menatap langit-langit kamar, ia tahu bahwa Ethan sedari tadi memperhatikan dirinya.

Tubuh Ethan tersentak. “E-enggak! Ngomong apa sih lo, ngawur!” dengan cepat ia membalikkan tubuhnya, memunggungi Jeffrey dan menutup matanya erat-erat.

Jeffrey tertawa kecil, ia mendekat dan memeluk Ethan dari belakang. “Udah, tidur. Gak bakal aku apa-apain kok, tenang aja.” ujarnya saat Ethan mencoba melepaskan tangannya yang melingkar ditubuh mungilnya. “Goodnight, Ethan.” ia mengecup pucuk kepala lelaki mungil itu kemudian mengelus lembut perut buncitnya.

You too, baby J. lanjutnya dalam hati.