— 🏢 —

“Anjing.”

Ten menghela nafas yang kesekian kalinya, begitu mendengar sahabatnya mengumpat lagi.

“Udah, Than. Jangan marah-marahin Johnny terus, kasian anaknya udah melas banget daritadi. Gak usah buang-buang tenaga, nanti lo jadi capek sendiri.”

Ethan mendecak sebal dan langsung menatap Ten dengan tajam, tapi beberapa detik kemudian ekspresinya berubah menjadi sendu. Bibir bawahnya mengerucut, kedua alisnya tertekuk hampir menyatu, pupil besarnya bergetar hingga matanya memerah, dan air matanya pun kini terlihat menggumpal dikelopak matanya, siap untuk terjun bebas di pipi gembilnya.

“Eh??? Ethan, kok lo malah nangis sih?!”

Ten panik bukan main begitu tangis Ethan pecah. Ia langsung memeluk sahabatnya itu, mencoba untuk menenangkannya. Tapi yang terjadi malah tangis Ethan semakin menjadi, dan Ten dibuat bingung.

Untung saja hanya mereka berdua yang berada di rooftop gedung fakultasnya. Ten sedikit lega, karna setidaknya tidak ada orang lain yang terganggu dengan mereka.

“Es krim! Ayo kita beli es krim, gimana? Jangan nangis, nanti kita beli es krim yang banyak, oke?”

Ethan seketika diam.

Oh, sepertinya tawaran Ten barusan berhasil?

Ten mengerenyitkan dahi begitu mendengar gumaman tak jelas dari Ethan yang masih dipelukannya.

“Hah? Lo ngomong apa barusan?”

“Mau lima..” gumam Ethan lagi, kini cukup jelas.

“Lima??? Buset, banyak banget! Gak, gak boleh. Nanti lo bisa sakit, kalo makan es krim segitu banyaknya!”

Ethan melepas pelukan, wajahnya tertekuk lagi dan sudah siap untuk menangis.

Ten menghela nafas pelan. “Oke, deal. Lima. Ayo kita berangkat sekarang.”

“Yeay!!!” Ethan bangkit dengan semangat, seraya mengusap sisa-sisa air mata diwajahnya.

Ten hanya melongo ketika melihat sahabatnya itu sudah jalan mendahuluinya begitu saja. Seperti kejadian sebelumnya itu —Ethan yang menangis meraung-raung— tidak pernah terjadi.

“Ayo cepetan, Tennie!” seru Ethan dengan gembira.

Ten bergidik, masih merasa aneh mendengar panggilan dari sahabatnya itu. Ia lagi-lagi menghembuskan nafasnya, menggeleng pelan seraya menyusul Ethan.

Batin Ten masih bertanya-tanya, ada apa dengan Ethan? Mengapa sahabatnya jadi mood swing seperti itu? Aneh sekali, tidak seperti biasanya Ethan begitu.