Fujoz

đź’¬

“Taeyong?”

Suara husky yang terasa familiar itu menyapa indera pendengarannya, Taerong langsung menoleh ke samping begitu merasakan tepukan lembut pada bahu kanannya.

'Ah, kak Jaehyun. Aku harus tetep pura-pura jadi kak Yong gak, ya?' pikir Taerong dalam hati.

Taerong yang sedang sibuk berfikir, tiba-tiba kesadarannya langsung kembali saat merasakan bahunya diguncang pelan.

“Heh, kok malah ngelamun?” tanya Jaehyun heran.

“Eh—iya kak Jae, ada apa ya?”

Jaehyun mengerenyitkan dahi. “Kakak?” ia menatap pria mungil didepannya penuh selidik. “Kamu—Taerong, ya?”

Mata Taerong membelalak sempurna begitu Jaehyun mengetahui identitasnya. Ia gelisah, matanya bergulir tak tentu arah—mencoba untuk tidak bertatapan dengan pria didepannya. “B-bukan, a-aku Taeyong kok.” jawabnya dengan sedikit tercekat.

Jaehyun terkekeh kecil begitu melihat pria mungil dihadapannya terlihat begitu gelisah. “Gak usah bohong, aku udah tau.” ia tersenyum, mengusak gemas rambut Taerong. “Taeyong itu kalo ngomong pasti pake 'gue-lo', agak kasar. Sedangkan tadi kamu ngomongnya lebih lembut, pake 'aku' dan manggil aku pake embel-embel 'kakak'. Itu udah jelas banget kalo kamu itu Taerong bukan Taeyong.” lanjutnya.

Seketika Taerong merasakan kedua pipinya memanas, ia langsung menangkup kedua pipinya dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Jantungnya berdegub begitu kencang, perutnya pun terasa menggelitik seperti ada ribuan kupu-kupu didalamnya. Ini adalah hal pertama kali yang ia rasakan dalam seumur hidupnya. Rasanya begitu aneh. Hangat dan menyenangkan.

Padahal Jaehyun hanya berbicara seperti itu, tapi kenapa dirinya begitu bahagia?

Tanpa sadar kedua sudut bibirnya naik, membentuk sebuah senyuman yang begitu manis.

'Perasaan apa ini?' batin Taerong.

— 22 —

Taeyong melangkahkan kakinya—mendekati pria yang menurutnya sangat mirip dengan ciri-ciri yang disebutkan oleh Yuta sebelumnya.

“Uhm, halo?” sapa Taeyong ragu.

Pria itu menoleh, menatap Taeyong dari atas sampai bawah dengan intens. Kemudian tanpa aba-aba, pria itu mencondongkan tubuhnya hingga wajahnya hanya berjarak beberapa CM saja di depan wajah Taeyong.

Taeyong menahan nafasnya, ia cukup terkejut tentu saja.

“Ah—lelaki mungil bermata besar seperti boneka, dengan bekas luka didekat sudut mata.” ujar pria itu seraya menjauhkan tubuhnya. “Lee Taeyong, benar?” lanjutnya.

Taeyong menghembuskan nafas lega, demi Tuhan—jika saja ia tidak berada ditempat ramai seperti ini, pasti pria asing dihadapannya itu sudah ia tendang habis-habisan!

Taeyong mengangguk kecil. “Iya, bener.”

Pria itu terkekeh kecil. “Lucas, nama saya Lucas. Kamu—”

Bip Bip Bip

Lucas memutar bola matanya malas, ia cukup kesal karna ucapannya terpotong oleh sebuah suara—atau sinyal yang berasal dari arlojinya. “Sayang sekali,” ujarnya seraya mematikan 'sinyal' itu. “Sebenarnya saya ingin mengobrol lebih banyak sama kamu, tapi sepertinya tidak bisa karna kita harus segera pergi dari sini.”

“Kemana?” tanya Taeyong penasaran.

“Nanti juga kamu tau.” Lucas menyeringai. “Ayo ikuti saya.”